Dincintai itu suatu anugerah. Beruntunglah siapa-siapa saja yang banyak dicintai oleh orang/makhluk lain. Sedang "mencintai" adalah suatu kemuliaan yang kadang tidak semua orang bisa mencintai terhadap suatu objek yang sama. Tapi ada sesuatu yang lain terhadap satu kasus ini: rasa "mencintainya" adalah suatu anugrah yang tidak terhingga, yang semua orang beriman takut jika rasa ini tidak muncul, kerugian jika sama sekali tidak terbetik. Kepada siapakah "rasa mencintai" itu tersemat? RASULULLAH SHOLALLAHU 'ALAIHI WASSALAM. Karena janji Allah di Hari Akhir nanti: Seseorang akan bersama yang dicintainya. Siapa yang tidak berbahagia jika bisa berada disisi Beliau shalallahu 'alaihi wassalam nanti?
JIka mencintai Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam adalah suatu ibadah, yang membawa keberuntungan besar, maka mengajak orang lain mengetahui, mengenal, mencintai hingga membuat terasa seolah-olah Beliau shalallahu 'alaihi wassalam senantiasa tidak jauh dari kita, maka ini adalah kebaikan yang sangat mulia. Karena tidaklah kita mengaku memahami Al Quran dan ilmu Agama lain yang bersumber dari Al Quran kecuali kita memahami sirah yang mengambarkan kemuliaan Akhlaq Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, karena akhlaq Beliau shalallahu 'alaihi wassalam adalah Al Qur'an
Ahad kemarin, penulis mengikuti kajian Seminar Parenting Nabawiyah yang disampaikan oleh Bunda Kurnia, seorang Trainer/Praktisi Parenting Nasional. Seorang Wali Santri 3 putra dan putri di Gontor. Bunda ditemani oleh putranya, alumni marhalah Identity 2016, Muhammad Fayadh Qutub.
Sebuah kolaborasi yang sangat "hidup" (sebagai ganti kata "maut" yang sering disandingkan dengan kolaborasi yang luar biasa). Karena memang benar-benar sangat menghidupkan! Menghidupkan kembali cinta kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam yang sempat redup karena urusan duniawi. Penyampaian Bunda yang memiliki power suara yang mampu teresonansi dengan setiap hati peserta ditambah kemerduan dan pendalaman cinta yang mendalam dari lantunan Ustadz Fayadh, maka jangan heran jika kita tidak akan mampu menahan tetesan air mata kerinduan, penyesalan karena kurangnya kita menghayati siroh Beliau shalallahu 'alaihi wassalam.
Ustadz Fayadh lulus tahun 2016 dengan predikat MUMTAZ, Beliau sekarang kuliah di LIPIA dengan beasiswa, sambil menunggu pengumuman penerimaan di Universitas Madinah. Maka sempat terfikir, manakah yang lebih beruntung Bunda memiliki putra seperti Fayadh, atau Fayadh beruntung memiliki Bunda seperti Bunda Kurnia, atau dua-duanya beruntung karena dipilih Allah menjadi berkesempatan menjadi Penyampai Siroh yang menggugah. Tapi yang pasti, saya yang beruntung menjadi keluarga besar Gontor, dan mengenal sesama walisantri dan putranya yang menjadi inspirasi dan motivasi bagi kami sekeluarga.
Ada banyak kolaborasi Wali Santri dan putranya yang pasti akan membuat "iri" (dalam arti baik) walisantri lain. Yang "keirian" ini justru menjadi inspirsi dan motivasi untuk lebih banyak belajar dan bersyukur mengenal mereka. Di konsulat Priangan ada Prof. Solihin, salah satu Pembantu rektor di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Putranya Ustadz Syauqy salah satu lulusan dengan predikat Mumtaz, sudah menyelesaikan S1nya di Maroko. Dan saat di Maroko pun aktif sehingga sempat diliput salah satu TV swasta di Indonesia karena keterlibatannya dengan Proyek Unesco PBB. dan saat ini Ustadz Syauqy mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Rusia. Barokallah Prof.
Anak-anak kita, wali-wali santri yang biasa-biasa ini nanti bagaimana ya? 😁
Hehehe jangan khawatir yang senasib. Anak-anak kita pasti akan menjadi orang hebat. Semuanya. Karena bukti keberhasilan suatu pendidikan dalam hal ini Gontor, bukan semata-mata karena keberhasilan alumninya menembus beasiswa ke luar negeri atau kuliah di universitas ternama atau memiliki jabatan atau pekerjaan bergengsi. Tapi Gontor itu mengkader dan membentuk mundzirul Qoum. Jadi dimanapun dia berada, berprofesi atau memangku jabatan maka jika amanah mundzirul qoum ini dijalankan maka dialah yang berhasil. Apakah mereka menjadi pedagang, pengusaha, pejabat, dosen, guru, bahkan seorang blogger, vlogger, facebooker dll maka patokannya adalah apakah mereka sudah menjadi pengingat kebaikan bagi kaumnya dan bermanfaat bagi orang banyak.
Kembali kepada Bunda Kurnia dan Ustadz Fayadh, sungguh kemarin banyak yang bersaksi bahwa kegiatan seminar parenting kemarin benar-benar telah menjadi pengingat banyak peserta, pembuka mindset akan pentingnya kembali menggali, belajar dan senantiasa berinteraksi dengan sirah. Sirah keteladanan yang akan menyelamatkan.
Senang mengenal orang-orang hebat dan Gontor ternyata mengumpulkan orang-orang hebat. Alhamdulillah
Posting Komentar