Beberapa hari yang lalu tim redaksi Militer Meter berkesempatan untuk mengunjungi meliput di Pondok Modern Gontor di Ponorogo yang sedang berulang tahun ke 90. Rangkaian acaranya cukup banyak, mulai dari pembukaan oleh Wapres sampai wayang kulit untuk hiburan masyarakat sekitarnya.
Salah satu rangkaian kegiatan adalah Jambore dan Raimuna (Jamrana) yang diikuti oleh pesantren-pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan ala Gontor. Inilah yang membuat kami redaksi MM tercengang!!! Ada hampir 100 pesantren model Gontor yang mengikutinya.
Kata panitia, Jamrana ini adalah kegiatan rutin tahunan. Bagi pesantren yang mbolos, akreditasi ke-gontor-an nya bisa dicabut!!!. Inilah yang memembuat kami takjub, yaitu soal pendidikan Nasionalisme melalui Pramuka, belum pernah kami menjumpai ada sekolah ataupun pesantren yang menanamkan ke-indonesia-an yang lebih baik daripada sistem Pondok Gontor ini.
Saat beberapa pesantren dituduh mengajarkan terorisme, oleh Ketua NU KH. Said Aqil Siradj. Sistem pesantren modern ala Gontor justru adalah sistem pendidikan nasionalisme terbaik berbasis kegiatan aktif pramuka.
Berikut ini 3 poin pendidikan Nasionalisme pramuka yang diterapkan Gontor dan pesantren-pesantren yang menginduk padanya.
1. Tidak ada Upacara Bendera di hari Senin tapi Pramuka ada kewajiban.
Di Gontor tidak ada upacara bendera setiap hari senin. Sebagai gantinya, setiap santri wajib mengikuti latihan Pramuka setiap hari kamis. Latihan dimulai dengan mengibarkan bendera merah putih pada jam 14.00 tepat!. Bagi yang terlambat, hukumanya sama beratnya dengan terlambat sholat di masjid jami.
Adakah sistem pendidikan di Indonesia yang lebih serius dalam hal upacara bendera melebihi sistem ala Gontor? tidak ada!
Kursus Pembina Pramuka Mahir Lanjutan, wajib diikuti lulusan Gontor sebagai syarat menyandang gelar ustadz
2. Guru dan Peserta didik harus aktif ikut Pramuka.
Dalam sistem Gontor, kepramukaan diamalkan oleh seluruh penghuninya, dari Kyai sampai santri baru. Semuanya berstatus Pramuka aktif. Kalender kegiatan pramuka-nya padat, mulai dari latihan mingguan, KMD, KML hingga Jambore dan Raimuna rutin digelar tiap tahun. Mulai dari Penggalang, Penegak, Pembina Dasar, Pembina Lanjut semuanya aktif 24 jam.
Yang unik, jika ada anak Kyai Pesantren mondok di Gontor, pasti ditempatkan sebagai pengurus Pramuka. Menurut falsafah pendidikan Gontor,
“Pramuka yang baik, pasti menjadi Kyai yang baik bagi umat dan bangsa”Kyai Hasan, pimpinan Pondok Gontor, baru saja mendapat anugerah bintang melati karena dedikasinya pada Pramuka.
3. Siap berjuang, membela dan membangun Indonesia
Pangdam Brawijaya sempat meragukan kemampuan santri-santri Gontor dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi bagi personil Kodim Ponorogo tentu sudah tak perlu ragu lagi, karena sering melatih Pramuka Gontor dalam KML/ Kursus Mahir Lanjutan.
Setiap acara resmi di Gontor selalu diawali dengan menyanyikan dua lagu, Indonesia Raya dan Pondokku. Di lagu kedua, Pangdam tampak mengangguk-angguk kagum pada bait.
Oh pondokku…
Engkau berjasa…
Pada ibuku Indonesia…
Mungkin pak Pangdam akan makin terkejut saat tahu bahwa Hymne Pondokku ini diciptakan tahun 1940, 5 tahun sebelum Proklamasi Indonesia merdeka!.
Selama masa penjajahan (tahun 1926-1945) Gontor menolak mengibarkan Bendera Belanda. Sebagai gantinya, mereka mengibarkan bendera Merah, Hijau dan Putih. Bendera tersebut sampai sekarang tetap dikibarkan di bawah bendera merah putih dalam setiap acara resmi pondok.
Selama liputan di Gontor, sistem pendidikan pondok ini mengajarkan pada kami tentang arti Nasionalisme Indonesia yang belum saya jumpai di tempat lain.
Bahwa Nasionalisme adalah mencintai negara sebagai bentuk manifestasi iman dan takwa pada Allah. Berjuang untuk negara adalah bagian daripada ibadah.
Bahwa sistem pengajaran dan pendidikan Nasionalisme ke-Indonesia-an yang diterapkan di Gontor dan pondok pesantren lain yang mengadopsinya, adalah kurikulum pendidikan Nasionalisme terbaik di Indonesia.
KH. Hasan Abdullah mendapat penghargaan Lencana Melati dari Kakwarnas atas dedikasinya pada gerakan Pramuka
Posting Komentar