Mataku Buta akan Keburukan Diri Sendiri

Januari 03, 2019


Ada sebuah kisah sufi yang pernah diceritakan oleh seorang guru kepada para santri-santrinya. Sang guru yang sedang berada di dalam surau dengan para santrinya di waktu matahari membuka mata, ia yang sudah bisa dikatakan tak muda lagi duduk dengan bersila dan tatapan yang lembut kepada seluruh santrinya itu. Ia akan memulai ceritanya dengan menarik nafasnya sedalam mungkin, dan ia keluarkan perlahan. Kini ia akan memulai ceritanya.
"anak-anakku, kini saya sebagai abah kalian ingin bercerita sebuah kisah yang sangat amat menakjubkan. kisah ini adalah kisah yang di mulai oleh dua orang shalih, yaitu saat ayah yang sangat bertaqwa kepada allah, dan puteranya yang shalih dan amat taat kepada orang tua."
"suatu hari sehabis sholat subuh, sang ayah setelah menjadi imam subuh memanggil puteranya itu. sang putra merasa heran, mengapa tiba-tiba sang ayah memanggilnya sehabis sholat subuh, sungguh tak pernah sang ayah itu memanggilnya pada waktu seperti itu. Namun, tanpa berfikir panjang, sang putera pun pergi memenuhi panggilan sang ayah itu. sesampainya di hadapan sang ayah ia pun bertanya kepada sang ayah, mengapa ia di panggil sehabis sholat subuh itu ? Sang ayah pun menjawab dengan tersenyum, "ayah sangat merindukan wajah shalih putera ayah ini, bolehkan ayah memandang wajah menawan ini anakku?" puteranya itu pun tersenyum lembut kepada ayahnya. Dan ia bertanya kepada sang ayah "ada perlu apakah ayah kepadaku sehingga memanggilku sepagi ini? tak lama setelah sang anak bertanya, sang ayah pun menjawab "aku ingin meminta sesuatu anakku, aku ingin engkau mencarikan aku makhluk ciptaan Allah yang sangat buruk yang pernah di ciptakan, carilah dan bawa ia kehadapanku sesegera mungkin" mendengar permintaan sang ayah, sang putera itu pun mengiyakan perintah sang ayah itu, meski sang putera merasa heran dengan permintaan sang ayah itu, namun tanpa berfikir panjang ia pun segera pergi untuk mencari apa yang ayahnya inginkan itu."
“hari demi hari berlalu, terhitung sejak kepergian sang putera yang shalih itu sudah 4 hari berlalu. Hingga sampai di suatu tempat yang ramai akan pengunjung sang putera itu pun berhenti melanjutkan perjalanan. Di tempat itu sang putera mengamati berbagai macam manusia yang ada disana, ia mengamati barangkali ada kriteria seperti yang ia cari. Mulai dari laki-laki dan perempuan ia amati, ada yang bekerja sebagai penjaga keamanan, ada yang sebagai pedagang dan yang terakhir, yang menarik perhatiannya adalah seorang pelacur. Saat itu pun benaknya berkata “mungkinkah ini makhluk ciptaan yang terburuk yang ada?”. Tepat saat ia akan pergi ke sang pelacur itu, hatinya pun berkata “ahh... tidak, pelacur bukanlah makhluk ciptaan yang buruk. Siapa tahu suatu saat ia akan mendapatkan hidayah, dan ia akan bertaubat?.” Dengan perkataan dalam hatinya itu sang putera itu pun mengurungkan niatnya untuk pergi kepada sang pelacur. Dan ia pun pergi melanjutkan perjalanannya itu.”
“dalam perjalanan selanjutnya, sang putera itu pun bertemu dengan seorang pengemis. Pengemis yang buruk rupa dan hanya bisa meminta-minta. Maka kembali ia berfikir “mungkinkah ini makhluk tuhan yang terburuk? Yah, pasti ini.” Hingga akan menemui sang pengemis hatinya pun kembali berkata “Ahh.. tidak, dia ini bukanlah makhluk ciptaan yang terburuk, dia mengemis karena ia tidak mempunyai pekerjaan, dan siapa tahu suatu saat ia mendapatkan pekerjaan layak dan berhenti menjadi pengemis. Tentu dia bukanlah makhluk ciptaan yang paling buruk.” Maka sang putera itu pun mengurungkan niatnya untuk pergi dan membawa sang pengemis kehadapan sang ayah.”
“berhari-hari dari kepergiannya tetap saja sang putera itu pun tidak menemukan apa yang sedang ia cari. Di setiap ia bertemu dengan manusia ataupun makhluk ciptaan yang lainnya yang sangat buruk, tetap saja hatinya selalu berpikiran positif. Mulai dari bertemunya ia dengan pencuri, orang penderita kusta, dan lain lain. Dan ia meneruskan perjalanannya ke setiap desa dan dusun, ia telusur-telusur desa dan dusun itu, tetap saja ia tidak menemukan apa yang ia cari. Sampai pada suatu sungai ia menemukan seekor anjing hitam yang sedang sakit. Akhirnya ia hampiri si anjing hitam itu, dan ia obati anjing itu, dan kembalilah ia berfikir bahwa ini adalah sang ciptaan yang terburuk itu, dan kali ini ia sangatlah yakin pada keputusannya. Ia menganggap anjing adalah makhluk ciptaan yang terburuk dikarenakan ia adalah makhluk yang haram di makan dan juga merupakan hewan yang menyebarkan najis. Maka di ikatlah sang anjing hitam itu dan dengan secepat mungkin sang putera itu membawa pulang anjing hitam itu.”
“tampak sebentar lagi ia akan sampai di halaman rumahnya dengan membawa apa yang di perintah oleh ayahnya sang putera pun tersenyum kegirangan. Namun, kurang dari beberapa meter lagi sang anjing hitam itu lepas dari ikatan yang di pegang oleh sang putera itu, dan sang anjing hitam itu pergi jauh meninggalkan sang putera itu. Akhirnya sang putera pun hanya bisa melihat dari kejauhan bahwa anjing hitam itu pergi darinya. Dan akhirnya ia terpaksa kembali ke rumahnya tanpa membawa apa-apa. Tampak di halaman rumahnya sang ayah menanti kedatangan sang putera tercinta itu. Dan sesampainya sang putera di hadapan sang ayah dengan wajah tertunduk dan rasa lelah yang berlebihan ia mendapatkan pertanyaan dari sang ayah. “mana pesananku nak? Bukankah aku menyuruhmu untuk membawa makhluk terburuk di dunia? Kemana dia sekarang? Kulihat kau tak membawanya, bukankah sudah kusuruh engkau jangan pernah kembali sebelum menemukan makhluk terburuk yanga ada di dunia?” dengan wajah tertunduk pun sang putera itu menjawab segala pertanyaan ayahnya itu. “ayah, aku sudah pergi berhari-hari, berbagai desa dan di setiap sudut desa maupun dusun sudah ku kucari namun aku tak menemukan makhluk terburuk yang ada, yang seperti permintaan ayah. Namun, kini aku menemukan makhluk terburuk itu ayah. Aku telah menemukannya, akulah makhluk terburuk yang ada di dunia itu. Akulah yang di ciptakan dengan keburukan ayah. Aku hanya bisa melihat kejelekan orang lain dari pada kejelekanku sendiri. Aku terlalu buta untuk melihat diriku sendiri, aku terlalu memperhatikan kesalahan orang lain dari pada diriku sendiri ayah. Aku ini adalah makhluk yang terburuk ayah, akulah makhluk itu ayah, dan kini sudah kubawakan makhluk itu kehadapanmu ayah.” Sang ayah yang melihat jawaban sang putera yang shalih itu tersenyum dan segera ia merangkul serta memeluk puteranya itu. Dan ia berkata “anakku, engkau bukanlah makhluk terburuk yang ada di dunia ini, melainkan engkau adalah anugerah, engkau adalah surga dunia bagi ayahmu ini nak.” Maka dengan mendengarkan perkataan sang ayah itu, sang putera pun membalas pelukan ayahnya dan menangis dengan senangnya.
“itulah cerita abah tentang kehidupan sang ayah yang sangat bertaqwa dan juga puteranya yang shalih. Anak-anakku sekalian, betapa hebatnya kisah ini jika kita mau memahaminya. Kita bisa mengambil berbagai hikmah dalam kisah ini, bagaimana cara kita mengintropeksi diri sendiri. kita lihat diri kita dahulu sebelum kita mau menilai orang lain. Seberapa burukkah diri kita dari pada orang lain?. Sebaiknya buka mata kita, hati kita, seberapa besar keburukan kita dari pada orang lain. Sungguh kisah ini sangatlah luar biasa anak-anakku. Manfaat lain dari kisah ini adalah, kita bisa berfikir husnudzon kepada kehidupan orang lain, meskipun ia buruk, seperti seorang pelacur tadi, meski ia seorang pelacur tetapi sang putera itu tetap berpikir positif pada pelacur itu, ia meyakinkan dirinya bahwa nanti suatu saat pasti sebuah hidayah akan hadir pada diri pelacur itu. Subhanallah.. sungguh kisah ini sangat penuh makna jika kita mau memahaminya lebih dalam.”
Dan itulah sebuah kisah yang di ceritakan sang guru kepada para santrinya. Sungguh cerita itu sangat dalam maknanya seperti apa yang diktakan sang guru tersebut. Dan dalam kisah ini, bisa kita tangkap pesan yang terdapat di dalamnya. Yaitu jangan pernah menilai orang lain itu buruk sebelum kita membaca keburukan kita sendiri, dan selain itu, yakinlah bahwa seburuk-buruknya seseorang dalam kesehariannya, pasti suatu saat ia akan menjumpai hidayah. Dan berdo’alah agar seseorang yang berbuat buruk itu cepat-cepat diberi hidayah oleh Allah SWT. Jadi ini kisah sang guru kali ini, semoga kisah ini memberi manfaat bagi pembaca sekalian, dan untuk kisah sang guru selanjutnya,, ya silahkan ditunggu deh !!! pasti tidak akan kalah menarik dengan kisah yang satu ini.
Wassalam....
Diposting oleh syafiul anam

https://santri-bercerita. blogspot. com/2015/02/mataku-buta-akan-keburukan-diri-sendiri.html

Posting Komentar

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.